Minggu, 01 Juli 2012

Kuliah Manajemen

STATISTIK SOSIAL
Peramalan


BAB I.  PENDAHULUAN

Prediksi atau bisa juga disebut peramalan adalah suatu proses untuk memperkirakan nilai pada masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu. Prediksi menunjukkan apa yang akan terjadi pada suatu keadaan tertentu dan merupakan input bagi proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Metode peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika.
Salah satu metode peramalan adalah deret waktu. Metode ini disebut sebagai metode peramalan deret waktu karena memiliki karesteristik bahwa data yang di analisis bersifat deret waktu. Periode waktu dari deret waktu dapat berupa tahunan, mingguan, bulanan, semesteran, kuartal dan lain-lain. Jenis pola data sangat penting untuk diketahui karena akan berpengaruh terhadap hasil ramalan. Beberapa literatur menyebutkan,bahwa pola data cenderung akan berulang pada periode waktu mendatang. Identifikasi pola terhadap data deret waktu juga berfungsi untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk menganalisa data tersebut.
1.1.  Tinjauan Permasalahan
            Sering terdapat waktu tenggang antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan tidak diperlukan. Jika waktu tenggang ini panjang dan hasil peristiwa akhir tergantung pada faktor-faktor yang dapat diketahui, maka perencanaan dapat memegang peranan penting. Dalam situasi seperti itu peramalan diperlukan untuk menentukan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul, sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan.
Salah satu metode yang dapat dipakai dalam peramalan data time series ini adalah metode pemulusan. Dari metode pemulusan ini variasi-variasi yang ada dibawa ke variasi trend. Secara konsep variasi trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata (smooth). Model trend biasa digunakan untuk memprediksi suatu persoalan (membuat ramalan jangka panjang), adapun bentuk umum dari model trend linier ini dinyatakan dengan persamaan y = a + bx
y: Nilai trend untuk setiap unit x          a :  intercept (nilai trend y pada saat x = 0)
x: Unit waktu tertentu                          b : Koefisien trend

Metode yang umum digunakan untuk menggambarkan garis trend adalah
1.        Metode Tangan Bebas
2.        Metode Setengah Rata-rata
3.        Metode Kuadrat Terkecil
4.        Metode Rata-rata Bergerak
1.2. Tujuan
            Pada makalah kali ini akan mencoba meramalkan tentang jumlah kasus Flu Burung yang ada di Indonesia. Data yang disajikan adalah data kasus Flu Burung dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 di Indonesia. Dari data yang ada tersebut akan dicoba melakukan peramalan dengan metode trend tentang kasus ini pada tahun-tahun yang akan datang. Metode yang dipergunakan untuk mendapatkan garis trend yaitu:
1. Free Hand Method (metode tangan bebas)
2. Metode Setengah Rata-Rata (semi rata-rata)
3. Metode Kuadrat Terkecil
            Dari hasil peramalan untuk tahun berikutnya dari setiap metode nantinya akan kita uji kekuatannya sehingga dapat kita bandingkan metode mana yang lebih akurat untuk dipergunakan. Data yang akan kita analisis dan dilakukan peramalan adalah:
Data Jumlah Kasus Flu Burung di Indonesia
Tahun 2004-2011


II. PERAMALAN

            Metode prediksi time series adalah suatu metode yang digunakan untuk memprediksi nilai masa depan dengan menggunakan nilai masa lalu dari suatu variable dan/atau kesalahan masa lalu. Dengan menggunakan data masa lalu, metode time series memberi asumsi bahwa beberapa pola atau kombinasi pola akan berulang sepanjang waktu. Dengan mengidentifikasi dan mengekstrapolasi pola tersebut dapat dilakukan prediksi untuk masa yang akan datang. Prediksi time series pada dasarnya digunakan untuk melakukan analisis data yang mempertimbangkan pengaruh waktu. Data-data yang dikumpulkan secara periodik berdasarkan urutan waktu, bisa dalam jam, hari, minggu, bulan, kuartal dan tahun, bisa dilakukan analisis menggunakan metode analisis data deret waktu. Selain itu pada analisis data deret waktu bisa dilakukan peramalan data beberapa periode ke depan yang sangat membantu dalam menyusun perencanaan ke depan. Berbeda dengan prediksi data non-time-series yang merupakan suatu prediksi yang meramalkan nilai masa depan dengan menggunakan data masa lalu tanpa mempertimbangkan pengaruh waktu.
            Dari data jumlah kasus flu burung di Indonesia dari tahun 2004-2011 dapat kita sajikan terlebih dahulu dalam grafik titik sebagai berikut:


2.1. Metode Tangan Bebas (Free Hand Methode)
            Metode ini menggunakan pendekatan garis lurus yang ditarik mendekati titik-titik koordinat yang sudah diketahui. Tujuan dari penarikan garis lurus tersebut adalah untuk dapt mewakili data-data yang ada. Pada data jumlah kasus flu burung di Indonesia dari tahun 2004-2011 dapat kita analisa dengan metode ini dengan persamaan y’ = a + bx sebagai berikut: Data yang kita pergunakan untuk mewakili adalah (1,9) dan (8,52)
X1 = 1          Y1 = 9  ------ >    9 = a + b
X2 = 8          Y2 = 51 ----- >   51 = a + 8b
Diperoleh:
9    = a + b                  dari b = 6 maka,    9  = a + (6)              
51  = a + 8b                                            a  = 9 - 6       a = 3
-42 = -7b
b = 6                          diperoleh persamaan y’ = 3 + 6x

x
y
y’ = 3 + 6x
(y-y’)
(y-y’)²
2004
1
9
9
  0
  0
2005
2
20
15
5
25
2006
3
55
21
34
1156
2007
4
42
27
15
225
2008
5
15
33
-18
324
2009
6
38
39
-1
1
2010
7
47
45
2
4
2011
8
51
51
0
0

1735

Kekuatan Peramalan
Kekuatan peramalan dengan menggunakan metode tangan bebas ini adalah ∑ (y-y’)² = 1735
Sedangkan garis y’ = 3 + 6x dapatdigambarkan sebagai berikut

2.2.  Metode Semi Rata-Rata

Pada metode ini dari sekelompok data dibagi menjadi 2 (dua) bagian yang sama, jika jumlah datanya ganjil, maka data yang ditengah dapat dihilangkan.

y
x
Koordinat rata-rata
y’ = 29,16 + 1,56x
(y-y’)
(y-y’)²
2004
9
   0

    29,16
   -20,16
    406,4
2005
20
1
(1.5 , 31.5)
30,72
-10,72
114,9
2006
55
2
32,28
22,72
516,2
2007
42
3

33,84
8,16
  66,6
2008
15
4

35,40
20,40
416,2
2009
38
5
(5.5 , 37.75)
36,96
1,04
   1,1
2010
47
6
38,52
8,48
  71,9
2011
51
7

40,08
10,92
119,2

1712.5

y’ = a + bx  
X1 = 1,5          Y1 = 31,5   ----- >    31,5  = a + 1,5 b
X2 = 5,5          Y2 = 37,75 ----- >   37,75 = a + 5,5 b
31,5  = a + 1,5 b                      dari b = 1,56  maka,      31,5  = a + 1,5 (1,56)
37,75 = a + 5,5 b                                                            31,5  = a + 2,34
-6,25  = -4 b                                                                        a  = 29,16
    b   = 1,56                             diperoleh persamaan y’ = 29,16 + 1,56x  
Kekuatan peramalan dengan menggunakan metode semi rata-rata ini adalah                           ∑ (y-y’)² = 1712,5
Sedangkan garis y’ = 29,16 + 1,56x   dapat digambarkan sebagai berikut

2.3.  Metode Kuadrat Terkecil
            Y’ dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan y’ = a + bx , kemudian nilai a dan b dapat diperoleh dengan menggunakan persamaaan


a = y – bx     ,                          ,   x


1.        Menggunakan nilai tanda


y
x
(x.y)
y’ = 34,625 + 2,083 x
(y-y’)
(y-y’)²
2004
9
     -7
       -64
   49
20,1
-11,1
123,3
2005
20
-5
-100
25
24,2
-4,2
17,7
2006
55
-3
-165
9
28,4
26,2
686,5
2007
42
-1
-42
1
32,6
9,4
88,4
2008
15
1
15
1
36,7
-21,7
470,9
2009
38
3
114
9
40,9
-2,9
8,5
2010
47
5
235
25
45,1
1,9
3,7
2011
51
7
357
49
49,2
1,8
3,3
277
0
350
168
277,2

1402,3




a = y
                                           = ∑y/n                     , n = 8
                                           = 277/8
b = 2,083                        a = 34,625

         Sehingga persamaan y’ = 34,625 + 2,083 x
Kekuatan peramalan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan menggunakan nilai tanda adalah    ∑ (y-y’)² = 1402,3
2.        Menggunakan nilai x


y
x
(x.y)

y’ = 15,7 + 4,2 x

(y-y’)
(y-y’)²
2004
9
1
9
1
19,9
-10,9
118,9
2005
20
2
40
4
24,1
-4,1
16,9
2006
55
3
165
9
28,3
26,7
712,9
2007
42
4
168
16
32,5
9,5
90,3
2008
15
5
75
25
36,7
-21,7
470,9
2009
38
6
228
36
40,9
-2,9
8,5
2010
47
7
329
49
45,1
1,9
3,7
2011
51
8
408
64
49,3
1,7
2,9
277
36
1422
204
276,8

1425


        

a = y – bx                                    ,   x
                                   
                                    
                              

       
Sehingga, diperoleh:
a = y – bx      
   = 34,6 – (4,2) 4,5
   = 34,6 – 18,9
   = 15,7
y’ = 15,7 + 4,2 x
Kekuatan peramalan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan menggunakan nilai x adalah    ∑ (y-y’)² = 1425


III.  KESIMPULAN

Analisis data deret waktu berfungsi sebagai peramalan terhadap kondisi pada masa yang akan dating. Di dalam ilmu statistik, peramalan dapat menggunakan metode pendekatan garis trend. Metode yang dipergunakan untuk mendapatkan garis trend yaitu:
1. Free Hand Method (metode tangan bebas)
2. Metode Setengah Rata-Rata (semi rata-rata)
3. Metode Kuadrat Terkecil
            Pada kasus data jumlah kasus flu burung di Indonesia dari tahun 2004-2011dengan ketiga metode untuk mendapatkan garis trend tersebut diperoleh kekuatan peramalan            (y-y’)² sebagai berikut:
1. Free Hand Method (metode tangan bebas)                        , ∑ (y-y’)² = 1735
2. Metode Setengah Rata-Rata (semi rata-rata)          , ∑ (y-y’)² = 1712,5
3. Metode Kuadrat Terkecil
          a. Dengan menggunakan nilai tanda                 , ∑ (y-y’)² = 1402,3
          b. Dengan menggunakan nilai x                        , ∑ (y-y’)² = 1425
            Karena ∑ (y-y’)² metode kuadrat terkecil dengan menggunakan nilai tanda lebih kecil dari ∑ (y-y’)² menggunakan metode yang lain, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan peramalan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan menggunakan nilai tanda memiliki kekuatan peramalan paling kuat sehingga tingkat kesalahan peramalannya paling kecil.




Populasi dan Sampel
dalam Metode Penelitian


A. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan masalah. Fungsi penelitian adalah untuk mendapatkan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan itu dapat bersifat abstrak dan umum sebagaimana halnya dalam penelitian dasar (basic research) dan dapat pula sangat konkret dan spesifik seperti biasanya ditemui pada penelitian terapan (applied research). Penelitian dasar biasanya tidak langsung memberikan informasi yang siap pakai untuk penyelesaian permasalahan akan tetapi lebih menekankan bagi pengembangan model atau teori yang menunjukkan semua variable terkait dalam suatu situasi dan berhipotesis mengenai hubungan di antara variable-variabel tersebut. Oleh karena itu tidak jarang pemecahan permasalahan baru dapat dicapai lewat pemaduan hasil beberapa penelitian yang berkaitan.

Tahap-tahap Penelitian
Pada umumnya suatu penelitian dapat diperinci dala tujuh tahap yang satu sama lain saling bergantung dan berhubungan. Dengan kata lain masing-masing tahap itu saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tahap-tahap yang lain. Kesadaran terhadap keadaan ini membuat seorang peneliti lebih bijaksana dalam mengambil keputusan pada setiap tahap penelitian. Adapun tujuh tahap itu sebagai berikut :
a.  Perencanaan.
Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dan menganalisa data bagi penelitian itu. Hal ini harus dimulai dengan memberikan perhatian khusus terhadap konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan peneliti yang bersangkutan dan penelaahan kembali terhadap literatur termasuk penelitian yang pernah dilakukan orang sebelumnya yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang bersangkutan. Tahap ini merupakan tahap penyusunan “term of reference” (TOR).
b.  Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian.
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Di sini disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, hipotesis serta metode atau prosedur analisis dan pengumpulan data. Tahap ini meliputi pula penentuan macam data yang diperlukan untuk mencapai tujuan pokok penelitian. Tahap ini merupakan tahap penyusunan usulan proyek penelitian.
c.  Pengambilan contoh (sampling).
Ini adalah proses pemilihan sejumlah unsur / bagian tertentu dari suatu populasi guna mewakili seluruh populasi itu. Dalam tahap ini peneliti harus secara teliti membuat definisi atau rumusan mengenai populasi yang akan dikaji. Rencana pengambilan contoh itu terdiri dari prosedur pemilihan unsur-unsur populasi dan prosedur menjadikan atau mengubah data dari hasil sampel untuk memperkirakan sifat-sifat seluruh populasi. Tantangan yang harus dihadapi dalam penyusunan rencana pengambilan contoh ini adalah bagaimana kita dapat mengikuti sedemikian rupa prosedur yang kita miliki dengan keadaan setempat dan dengan sumber daya yang tersedia sementara tetap mempertahankan kebaikan atau keuntungan dari sampel.
d.  Penyusunan daftar pertanyaan.
Ini merupakan proses penterjemahan tujuan-tujuan studi ke dalam bentuk pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan. Sebenarnya ini merupakan proses coba-coba (trial and error) yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan macam pertanyaan serta urutan dari masing-masing pertanyaan. Tidak ketinggalan pula adalah upaya bagaimana agar orang-orang yang diwawancarai (responden) dengan senang hati mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tetap senang dalam memberikan jawaban-jawaban.
e.  Kerja lapangan.
Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara. Ini dapat meliputi pula berbagai tugas yang berhubungan dengan pemilihan lokasi sampel dan pretesting daftar pertanyaan. Kerja lapangan ini tidak akan diperlukan bila kita menggunakan cara wawancara lewat telepon atau surat.
f.  Editing dan coding.
Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang dapat disusun dalam angka dan ditabulasi. Editing biasanya dikerjakan sebelum coding agar pelaksanaan coding dapat sesederhana mungkin. Editing juga meneliti lagi daftar pertanyaan yang telah diisi apakah yang ditulis di sitibenar atau sudah sesuai dengan yang dimaksud.
g.  Analisis dan laporan.
Ini meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian. Suatu hasil penelitian yang tidak dilaporkan atau dilaporkan tetapi dengan cara yang kurang baik tidak akan ada gunanya. Tugas yang dikerjakan pada tahap ini ialah penyajian tabel-tabel dalam bentuk frekuensi distribusi, tabulasi sialng atau dapat pula berupa daftar yang memerlukan metode statistik yang kompleks kemudian interpretasi dari penemuan-penemuan itu atas dasar teori yang telah kita ketahui.

B. Populasi dan Sampel
            Salah satu tahap yang paling penting dalam metode penelitian adalah penentuan populasi dan sampel. pada kenyataannya banyak penelitian dilakukan menggunakan sampel walaupun jenis penelitiannya termasuk dalam penelitian deskriptif yang tentunya tidak memerlukan generalisasi hasil. Alasan penggunaan sampel dalam penelitian lebih ditujukan ke arah penghematan yang dikaitkan dengan pengambilan datanya di lapangan yang seringkali memakan banyak waktu, tenaga dan biaya. Menurut Romy Kountur dalam bukunya metode penelitian (1989:137) bahwa populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang menjadi perhatian penelitian. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, system dan lain-lain. Pada umumnya kita tidak bisa mengadakan penelitian pada seluruh anggota dari populasi karena terlalu banyak, oleh karena itu kita dapat menggunakan sampel.
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat. Pengertian populasi di sana bersifat relatif, pendefinisiannya tergantung dari si Peneliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedang sampel adalah bagian dari jumlah dan karkateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2006:90). Dengan demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya akan diperoleh dari hasil penarikan contoh (sampel) hanya berlaku untuk populasi yang dimaksud, bukan untuk populasi yang berada diluar batasan ruang lingkup yang diberikan.
Populasi digunakan bila penelitian ingin mengetahui secara pasti keadaan populasi sesungguhnya yang memerlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi dan sumber informasi bersifat heterogen, dimana sifat dan karakteristik masing-masing sumber sulit dibedakan (Margono, 1997 : 120). Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan ukurannya. Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi Homogen, dan Populasi heterogen. Berdasarkan ukurannya, populasi juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi terhingga, dan Populasi tak terhingga.


Populasi berdasarkan keadaannya:
a. Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
b. Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks.  Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan homogen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompoknya.

Populasi berdasarkan ukurannya:
Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
  • Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
  • Panjang ikan di sebuah danau
Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
  • Air di lautan
  • Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
  • Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
  • Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya populasi terhingga tak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya.

            Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili) kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Bila sampel tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah. Menurut W. Gulo dalam bukunya Metodologi Penelitian (1998:77) mengatakan bahwa sampel sering juga disebut “contoh” yaitu himpunan bagian dari populasi. Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling. Populasi yang dicari sampelnya pada saat merencanakan suatu penelitian disebut target population, sedangkan populasi yang diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut sampling population. Target population dan sampling population dapat berbeda sebagai konsekuensi dari perbedaan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
            Di dalam buku metode penelitian sosial (1992:12) yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen dalam Negeri dan Otonomi Daerah disebutkan bahwa di dalam suatu penelitian sosial dikarenakan jumlah biayanya yang sangat besar dan luasnya populasi maka tidak mampu untuk meneliti seluruhnya, tetapi dapat menggunakan apa yang disebut sampel. Keuntungan menggunakan sampel:
a. Menghemat biaya atau ongkos yang dikeluarkan
b. Menghemat tenaga
c. Menghemat waktu
d. Data dan informasi yang diperoleh lebih detail mengenai objek tersebut
e. Memungkinkan hasil penelitian lebih tepat dan teliti.
Menurut Drs M. Suparmoko di dalam buku Metode Penelitian Praktis (1992:19) dijelaskan bahwa sampling adalah proses pemilihan beberapa objek untuk contoh dari seluruh objek (populasi) yang akan diteliti sifat-sifatnya. Contoh yang kita ambil merupakan bagian dari populasi dan harus dapat mewakili serta menggambarkan karakteristik serta sifat-sifat populasinya. Sampling berbeda dengan cara pengkajian secara keseluruhan yang dikerjakan dengan meneliti satu persatu atau bagian demi bagian objek yang menjadi anggota populasi, cara ini disebut sensus.  Hal tersebut juga dijelaskan oleh Drs. Sutrisno Hadi dalam bukunya yang berjudul Metode Research (1994:78) yang mengatakan bahwa masalah sampling akan timbul jika:
a. Peneliti ingin mereduksi objek penelitian
b. Peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya
Reduksi dan generalisasi adalah dua dasar penting dari setiap riset ilmiah yang tidak meneliti semua objek, seluruh situasi, atau semua peristiwa melainkan hanya sebagian saja.
C. Teknik Sampling
Teknik Penentuan Sampel
Untuk memperoleh secara maksimal sampel yang representatif yang tidak didasari oleh keinginan peneliti, ada dua teknik sampling, yaitu :
  1. Random Sampling ( Probability Sampling )
  2. Nonrandom Sampling ( Nonprobability Sampling )
Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak. Dalam teknik random sampling, semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini sampai sekarang dipandang sebagai teknik yang paling baik. Untuk menentukan anggota dalam random sampling dapat dilakukan dengan cara undian, dan lain-lain (Sutrisno Hadi, 1980:76). Sedangkan Nonrandom sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana tidak semua individu diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sampel dapat menerangkan keadaan suatu populasi pada bagian unit-unit populasi tertentu saja. Terdapat beragam teknik penarikan sampel, berikut ini adalah teknik sampling berdasarkan pembagian dari C.W. Churchman et al., dimana mula-mula sampling dibagi dua yaitu desain sampling tetap (fixed sampling design) dan Sequential Sampling.
1.  Desain sampling tetap (fixed sampling design)
Desain sampling tetap, sampel dibentuk mengikuti aturan tertentu, dan aturan ini tidak berubah-ubah selama penarikan sampel berlaku. Desain sampling tetap dibagi dua yaitu: sampel  tanpa batasan (unrestricted random sample) dan sampel dengan batasan-batasan (restricted random sample). Pada penarikan sampel tanpa batasan (unrestricted random sample), sampel ditarik secara langsung dari populasi. Populasi tidak dibagi-bagi terlebih dahulu atas subsample, teknik ini dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu:
a) Sampel acak sederhana (simple random sampling)
Tiap unit populasi diberi nomor, kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara acak.
b) Sampel sistematik (sistematic sample)
Unit dari populasi diberi nomor dan diurutkan, kemudian ditentukan nomor sebagai titik tolak menarik sampel. Contohnya adalah jika kita menarik sampel dengan kelipatan 5, maka sampel kemudian adalah sampel ke-10, sampel ke-15, dan seterusnya.
Sedangkan pada penarikan sampel dengan batasan (restricted random sampling), sampel ditarik dari populasi yang telah dikelompokkan. Mula-mula sampel dikelompokkan terlebih dahulu sampai ditarik dari masing-masing kelompok tersebut. Analoginya adalah kita dapat membuat pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin, interval umur, profesi, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Restricted Sampel dibagi kembali atas:
a) Multiple Stage Sample
Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota populasi menjadi anggota sampel. Pada tiap kelompok populasi kita pilih sejumlah anggota tertentu untuk menjadi anggota sampel dengan jumlah yang sama, atau sebanding dengan besar relative anggota kelompok populasi yang masuk ke dalam sub sampel.
b) Stratified Sample
Populasi dibagi ke dalam kelompok yang homogen (berdasarkan strata) terlebih dahulu, kemudian ditarik sampel dari setiap strata.
c) Cluster Sampling
Populasi dibagi dahulu berdasarkan area (cluster). Anggota tiap subpopulasi tiap cluster tidak harus homogen, beberapa cluster dipilih dulu sebagai sampel, kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel cluster diatas.
d) Stratified Cluster Sampling
Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.
2.  Desain sampling skuensial (sequential sampling design)
Berbeda halnya dengan desain sampling tetap, jika dalam penarikan sampel tidak sama selama penarikan sampel berlangsung, maka desain sampling disebut sekuensial. Sampling sekuensial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (a) menarik sampel secara bertingkat, dan (b) dengan mengamati satu persatu anggota-anggota populasi.




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam pasal 1 Perpres 54 Tahun 2010 yang dimaksud dengan pengadaan langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/Penunjukan Langsung. Sedangkan penunjukan langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Pengadaan langsung ditujukan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya sampai dengan 100 juta dan pengadaan tersebut untuk kebutuhan operasional, teknologi sederhana, resiko kecil dan penyedia orang perseorangan dan/atau badan usaha kecil.
Sedangkan untuk pekerjaan jasa konsultansi sampai dengan 50 juta dan merupakan kebutuhan operasional. Pengadaan langsung ini dapat dilakukan oleh ULP atau 1 orang pejabat pengadaan. Penunjukan langsung dalam Keppres 80 Tahun 2003 belum diterangkan begitu jelas tetapi dalam Perpres 54 Tahun 2010 telah dijelaskan secara jelas.
1.1.1.   Proses Pengadaan
            Jenis pengadaan ada 4 (empat) yaitu pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa lainnya. Keempat jenis pengadaan itu merupakan ejawantah dari belanja pemerintah sesuai dengan jenis B/J yang dibutuhkan. Namun ada salah satu bagian dari pengadaan jasa lainnya yang belum tentu praktik belanja pemerintah, yaitu jasa pengelolaan asset. Perpres 54 menyebutkan ketentuan Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan melalui pola kerja sama pemerintah dan badan usaha swasta dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa publik, diatur dengan Peraturan Presiden tersendiri.
Aturan terkait dengan pengelolaan asset Negara adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 (PP 6/2006) tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D). Dalam PP 6/2006 diungkap pengelolaan asset oleh pihak lain dikenal dengan istilah pemanfaatan. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN/D yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, dan bangun serah guna (BSG) atau bangun guna serah (BGS) dengan tidak mengubah status kepemilikan. Semua bentuk pemanfaatan BMN/D dilakukan oleh mitra dan akan menghasilkan pendapatan Negara/daerah kecuali pinjam pakai.
Bentuk pemanfaatan yang menghasilkan pendapatan Negara/daerah yang penetapan mitranya melalui tender (dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya lima peserta/peminat, kecuali untuk BMN/D yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung) adalah kerja sama pemanfaatan, BSG dan BGS. Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan kerja sama pemanfaatan, BSG dan BGS tidak dapat dibebankan pada APBN/D. Dan mitra harus membayar kontribusi tetap ke rekening kas umum negara/daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan, BSG dan BGS.
1.1.2.   Modal Kerja
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produk/jasa nya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal.
Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga, adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.
Dari modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan inilah besar kecilnya pekerjaan yang akan diterima menjadi pertimbangan tersendiri. Dengan jumlah modal kerja yang besar maka sebuh perusahaan dapat dengan mudah menentukan besar kecilnya pekerjaan yang akan mereka ambil. Begitu juga dengan pihak yang memiliki atau membutuhkan jasa untuk mengerjakan sebuah pekerjaan, mereka juga akan mengelompokkan nilai-nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan serta memberikan persyaratan jaminan bagi para calon rekanan.
Pengalaman menjadi faktor pertimbangan tersendiri dalam pemilihan calon rekanan. Sebuah proyek yang besar dibutuhkan pihak pelaksana yang sudah berkompeten di bidang ini. Kompetensi mereka dapat dibuktikan dengan pengalaman pernah manangani proyek atau pekerjaan yang serupa dengan nilai yang mendekati sama.
Proses pengadaan barang dan jasa pada suatu instansi pemerintah menjadi salah satu peluang yang dimiliki oleh calon rekanan untuk mendapatkan keuntungan. Akan tetapi proses seleksi yang ketat mengharuskan sebuah perusahaan memiliki persyaratan yang diminta serta harus mempunyai kompetensi di dalam bidang tersebut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rekanan dan calon rekanan untuk melakukan persiapan dalam mengikuti proses pengadaan di lingkungan Sekretariat Kabinet RI.
Berdasarkan gambaran tersebut menarik untuk diteliti mengenai “HUBUNGAN ANTARA NILAI PEKERJAAN,  PENGALAMAN KERJA DAN KETERSEDIAAN TENAGA AHLI  DENGAN PEMILIHAN PERUSAHAAN REKANAN INSTANSI PEMERINTAH“ (Studi Kasus Pada Perusahaan Rekanan pada kurun waktu 2005-2011 di Sekretariat Kabinet).



1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah terdapat hubungan antara nilai pekerjaan terhadap pemilihan Perusahaan Rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet?
2.    Apakah terdapat hubungan antara pengalaman kerja terhadap pemilihan perusahaan rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet?
3.    Apakah terdapat hubungan antara ketersediaan tenaga ahli terhadap pemilihan perusahaan rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet?
4.    Apakah terdapat hubungan antara nilai pekerjaan, pengalaman kerja, ketersediaan tenaga kerja secara bersama-sama terhadap pemilihan perusahaan rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet?

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik dan mengenai sasaran, maka peneliti harus mempunyai tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh besarnya nilai pekerjaan, pengalaman kerja, dan ketersediaan tenaga kerja terhadap proses pemilihan, baik secara simultan maupun secara parsial pada pada perusahaan-perusahaan yang pernah menjadi rekanan di Sekretariat Kabinet RI tahun 2005 – 2011.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai pekerjaan, pengalaman kerja, dan ketersediaan tenaga kerja terhadap proses pemilihan, baik secara simultan maupun secara parsial pada pada perusahaan-perusahaan yang pernah menjadi rekanan di Sekretariat Kabinet RI tahun 2005 – 2011.





2. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Kegunaan secara teoritis
a.    Bagi penulis sebagai bahan pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dan fakta di lapangan.
b.    Bagi peneliti berikutnya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.
c.    Bagi pembaca merupakan bahan informasi tentang pengaruh besarnya nilai pekerjaan, pengalaman kerja, dan ketersediaan tenaga kerja terhadap proses pemilihan rekanan di Sekretariat Kabinet RI.
2.  Kegunaan secara praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi calon rekanan yang akan bekerjasama dengan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet.














BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Proses Pemilihan Rekanan
Proses pengadaan di Instansi Pemerintah diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang  Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2011. Proses pengadaan diawali dengan pengumuman lelang yang disebarluaskan melalui media massa dan media elektronik. Jangka waktu untuk memasukkan dokumen persyaratan satu minggu setelah pengumuman disosialisasikan.
Dari keseluruhan berkas penawaran yang masuk dilakukan proses seleksi administrasi yang menghasilkan calon mitra yang berhak lolos untuk melanjutkan ke tahap kualifikasi. Hasil dari seleksi administrasi tersebut berupa penilaian tentang kelengkapan dari dokumen penawaran. Seleksi administrasi ini berisikan tentang pemeriksaan terhadap kelengkapan dari dokumen penawaran beserta persyaratan yang diwajibkan oleh pihak pertama.
Kesalahan yang ditemukan biasanya hanya kesalahan yang kecil tetapi dapat menggugurkan penawaran tersebut. Beberapa masalah yang ditemukan antara lain kesalahan dalam pengiriman dokumen dimana disyaratkan dokumen asli tetapi dikirimkan copy, kurang tanda tangan dalam dokumen, dokumen tidak lengkap, dokumen tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan dan lain-lain. Hasil dari seleksi administrasi ini diumumkan di depan seluruh peserta yang memasukkan penawaran dan membuka peluang untuk melakukan sanggahan apabila terdapat ketidakpuasan dari pihak peserta.
            Setelah seleksi administrasi selesai dilakukan selanjutnya adalah seleksi kualifikasi yaitu seleksi yang didasarkan pada kemampuan teknis dari para peserta yang telah lolos seleksi administrasi, seleksi kualifikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu:


2.1.1        Evaluasi Teknis
Calon mitra atau peserta pelelangan yang berhak mengikuti evaluasi teknis ini adalah peserta yang telah lolos dari tahap evaluasi administrasi. Persyaratan evaluasi teknis ada 5 yaitu spesifikasi pekerjaan yang harus sesuai, peralatan pendukung yang dimiliki harus sesuai dengan yang disyaratkan pihak kesatu, ketersediaan tenaga ahli dengan jumlah serta tingkat pendidikan yang sesuai dengan permintaan pihak kesatu, ketersediaan tenaga kerja di bidang konstruksi serta pengalaman di bidang yang sama.
2.1.2        Evaluasi Penawaran Harga
Tahapan evaluasi yang terakhir adalah evaluasi terhadap harga penawaran yang masuk. Syarat utama dari evaluasi adalah harga penawaran tidak boleh melebihi PAGU dari pihak kesatu dan minimal 80% dari HPS yang disusun oleh pihak kesatu.
            Evaluasi harga penawaran adalah tahapan terakhir dari pemilihan mitra ini. Ketika calon rekanan sudah lolos seleksi administrasi dan evaluasi teknis maka pemilihan mitra tergantung pada harga penawaran yang terendah dan sesuai dengan peraturan. Oleh karena itu sudah menjadi peraturan bahwa panitia pengadaan beserta pejabat pembuat komitmen harus menetapkan pemilik harga penawaran terendah sebagai pemenang lelang tersebut. Apabila panitia tidak memilih penawaran terendah maka panitia harus memberikan alasan yang masuk akal serta dapat diterima oleh seluruh peserta dan dapat dipertanggungjawabkan pada masa yang akan datang apabila terdapat pemeriksaan, karena apabila tidak dapat dipertanggungjawabkan maka akan bisa dianggap merugikan keuangan negara.

2.2.  Nilai Pekerjaan
            Dominasi terminologi paket pengadaan dan paket pekerjaan menunjukkan peran penting terminologi ini dalam konteks P54/2010. Di lafal keseharian, ketika membahas pengadaan, kita sering menambah-nambah terminologi. Seperti paket lelang, paket penunjukan langsung, paket pengadaan langsung dan lainnya, yang ternyata tidak ada dalam P54/2010. Ini kemudian membuat buram pemahaman essensial tentang paket itu sendiri. Nilai paket pengadaan terbentuk atas nilai akhir Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk satu paket pekerjaan atau akumulasi HPS dari beberapa paket pekerjaan. Dan nilai paket pengadaan inilah yang nantinya akan diumumkan pada dokumen pengadaan sebagai acuan bersama pelaksanaan pengadaan yang tidak dapat dirubah apabila telah melewati batas akhir pemasukan penawaran.
Nilai paket pengadaan ditetapkan dalam proses persiapan yaitu perencanaan umum oleh Pengguna Anggaran (PA) dan perencanaan pelaksanaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Sedangkan nilai paket pekerjaan hanya merupakan nilai total HPS per pekerjaan. Perencanaan umum oleh PA menghasilkan nilai paket pengadaan awal atau rencana nilai paket pengadaan berdasarkan pagu anggaran yang tersedia. Untuk itu metode pengadaan yang dimasukkan dalam kebijakan umum atau rencana umum pengadaan masih berupa rencana. Rencana nilai paket pengadaan dan rencana metode pelaksanaan. Perencanaan pelaksanaan oleh PPK diawali oleh proses identifikasi kebutuhan yang ujungnya melahirkan spesifikasi, HPS dan rancangan kontrak. Ini kemudian menjadi acuan pokja menyusun dokumen pengadaan. Nilai total HPS atau gabungan nilai total HPS per pekerjaan akan menjadi nilai paket pengadaan. Secara implisit dapat dikatakan bahwa nilai paket pengadaan dapat saja berupa gabungan nilai paket pekerjaan.
Berdasarkan nilai paket pengadaan dan spesifikasi kemudian Pokja/Pejabat menetapkan metode pengadaan yang paling tepat dilaksanakan. Untuk itu sangat mungkin terjadi perubahan metode pelaksanaan, mengikuti perubahan nilai paket pengadaan, dari tadinya berdasar pagu menjadi HPS. Dan ini sah karena belum masuk kedalam dokumen pengadaan. Berbeda kalau paket pengadaan sudah dimasukkan ke dalam dokumen pengadaan, maka tidak diperbolehkan ada perubahan sejak batas akhir pemasukan penawaran.





2.3.  Pengalaman Kerja
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, penilaian terhadap pengalaman perusahaan dilakukan atas:
1)        pengalaman perusahaan peserta dalam melaksanakan pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam KAK untuk 10 (sepuluh) tahun terakhir;
2)        pengalaman kerja di Indonesia dan/atau di lokasi proyek mendapat tambahan nilai;
3)        pengalaman tersebut diuraikan secara jelas dengan mencantumkan informasi: nama pekerjaan yang dilaksanakan, lingkup dan data pekerjaan yang dilaksanakan secara singkat, lokasi, pemberi tugas, nilai, dan waktu pelaksanaan (menyebutkan bulan dan tahun);
4)        penilaian juga dilakukan terhadap jumlah pekerjaan yang sedang dilaksanakan oleh peserta, disamping untuk mengukur pengalaman juga dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan/kapasitas peserta yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya;
5)        pengalaman perusahaan peserta harus dilengkapi dengan referensi dari pengguna jasa, yang menunjukkan kinerja perusahaan peserta yang bersangkutan selama 10 (sepuluh) tahun terakhir;
6)        sub unsur Pengalaman Perusahaan yang dinilai adalah:
a)        pengalaman melaksanakan proyek/ kegiatan sejenis;
b)        pengalaman melaksanakan di lokasi proyek/kegiatan;
c)        pengalaman manajerial dan fasilitas utama;
d)        kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap;
e)        [sub unsur lain yang dinilai dan dipersyaratkan].






2.4.  Ketersediaan Tenaga Ahli
   Dukungan dan ketersediaan Tenaga Ahli adalah hal yang diprioritaskan, guna pencapaian hasil dan kualitas kerja yang optimal. Di dalam dokumen penawarannya informasi mengenai ketersediaan tenaga ahli masuk dalam dokumen usulan teknis.
Dokumen usulan teknis adalah dokumen yang sangat penting yang harus dipersiapkan oleh calon penyedia jasa konsultasi. Berdasarkan dokumen ini kemampuan atau kompetensi calon penyedia jasa konsultasi akan dievaluasi dan dinilai. Dan hasilnya akan menjadi tolok ukur utama penilaian. Oleh karena itu usulan teknis harus disusun secara cermat dan akurat berdasarkan dan mengacu kepada dokumen permintaan usulan utama terhadap KAK.
Dokumen usulan teknis secara garis besar berisi hal-hal sebagai berikut:
1.        Uraian tentang pemahaman pekerjaan layanan jasa konsultasi yang diadakan dan kemampuan untuk melaksanakannya yang didukung oleh pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan yang sejenis serta pengalaman lain yang mendukung selama kurun waktu terakhir dengan mencantumkan : Nama instasi pengguna, nama proyek/kegiatan, lingkup proyek/kegiatan dan data, lokasi proyek/kegiatan, nilai kontrak, serta waktu pelaksanaan, jumlah pekerjaan yang sedang dikerjakan penyedia jasa konsultasi saat usulan dibuat
2.        Uraian tentang pendekatan, metodologi dan rencana pelaksanaan pekerjaan jasa konsultasi yang akan dilaksanakan. Dalam uraian tentang pendekatan, metodologi disamping menggambarkan metode dan analisis yang digunakan akan lebih bagus apabila dikemukakan inovasi dan gagasan baru yang dapat meningkatkan kualitas keluaran yang relevan, berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang ada. Rencana pelaksanaan menggambarkan cara, urutan pelaksanaan pekerjaan teknis, jadwal pekerjaan, dan jadwal penugasan tenaga ahli
3.        Kualifikasi tenaga ahli yang akan ditugaskan melaksanakan pekerjaan jasa konsultansi tersebut, yang dilengkapi dengan Curriculum Vitae (CV) dari masing-masing tenaga ahli bersangkutan. CV memuat informasi mengenai posisi penyedia jasa konsultasi, nama, umur, kewarganegaraan, pengalaman, kemampuan bahasa, dan masa kerja pada perusahaan
4.        Tatalaksana dan penugasan tenaga ahli disertai dengan uraian tugas, tanggung jawab serta jadwal penugasan tenaga ahli. Selain dari pada itu penyedia jasa konsultansi harus menjamin ketersediaan tenaga ahli dengan melampirkan : a). Pernyataan bahwa tenaga ahli yang diusulkan tersedia, b). Pernyataan kesanggupan tenaga ahli oleh yang bersangkutan
5.        Kebutuhan peralatan dan fasilitas untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang tidak disediakan pengguna jasa
6.        Jenis, jumlah dan kapan laporan disampaikan kepada pihak pengguna

2.5.  Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu :
Angga (2004) malakukan penelitian tentang analisis pengaruh nilai pekerjaan dan ketersediaan tenaga ahli terhadap pemilihan rekanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kebumen. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pekerjaan tidak begitu berpengaruh terhadap pemilihan rekanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kebumen akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Nuryanto (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh nilai pekerjaaan dan pengalaman kerja terhadap pemilihan rekanan (studi kasus pada Kementerian Perhubungan). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Menggunakan 5 sampel perusahaan dengan menganalisis proses pemilihan rekanan tahun 1997-2002. Dalam penelitiannya Nuryanto (2003) menggunakan analisis regresi linier berganda yang hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor nilai pekerjaaan dan pengalaman kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan rekanan pada Kementerian Perhubungan. Sedangkan secara parsial hanya variabel nilai pekerjaan tidak berpengaruh positif terhadap variabel pemilihan rekanan.
Yudi (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh nilai pekerjaan dan pegalaman kerja terhadap proses pemilihan rekanan di Dinas Pariwisata Kota Semarang. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang pernah menjadi mitra kerja Dinas Pariwisata Kota Semarang, yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Hasilnya bahwa variabel nilai pekerjaan dan pegalaman kerja diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu proses pemilihan rekanan di Dinas Pariwisata Kota Semarang 2000-2003.

2.6.   Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut (J.Supranto, 2001), anggapan sebagai satu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1 : Terdapat hubungan antara nilai pekerjaan terhadap pemilihan Perusahaan Rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet.
Hipotesis 2 : Terdapat hubungan antara pengalaman kerja terhadap pemilihan Perusahaan Rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet.
Hipotesis 3 : Terdapat hubungan  antara  ketersediaan tenaga ahli terhadap pemilihan Perusahaan Rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet.
Hipotesis  4 : Terdapat  hubungan antara nilai pekerjaan, pengalaman kerja dan ketersediaan tenaga ahli secara bersama-sama terhadap pemilihan Perusahaan Rekanan Instansi Pemerintah di Sekretariat Kabinet.





BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas (Usman, 2003: 181). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang pernah menjadi rekanan di Instansi Pemerintah Sekretariat Kabinet RI periode waktu 2005-2011 di mana data diperoleh dari sumber data sekunder. Sumber data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui pihak kedua atau tangan kedua (Usman, 2003: 20).
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 1999: 57). Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Teknik ini ditentukan untuk memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan kesesuaian kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Adapun kriteria-kriteria dipilihnya anggota populasi menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok pemenang dalam proses lelang dengan nilai di atas 100 juta rupiah, yang mencantumkan profil perusahaannya secara lengkap. Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dari tahun 2005-2011, ternyata terdapat 43 perusahaan, namun untuk memenuhi kebutuhan analisis yaitu syarat distribusi normal maka perusahaan-perusahaan yang memiliki data tidak lengkap atau terlalu ekstrim tidak masuk dalam sampel penelitian. Dari 43 perusahaan tersebut terdapat 17 perusahaan yang memenuhi peryaratan tersebut.

3.2. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2003: 25). Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel tidak bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y.
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a.   Nilai pekerjaan (X1)
b.   Pengalaman Kerja (X2)
c.   Ketersediaan Tenaga Ahli (X3)
2.  Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemiihan rekanan di instansi pemerintah.

3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai adalah data sekunder, berupa data-data laporan hasil pengadaan di Sekretariat Kabinet dan data-data perusahaan yang ikut dalam proses pengadaan tersebut.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi-informasi dari perusahaan peserta pengadaan serta informasi dari panitia pengadaan didukung laporan hasil penelitian ilmiah dan jurnal penelitian ilmiah.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian (Suhartono, 1999:70). Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data yang tercantum pada laporan hasil pengadaanbeserta dokumen-dokumen pendukungnya yang berupa data company profile perusahaan-perusahaan yang pernah mengikuti kegiaan pengadaan di lingkungan Sekretariat Kabinet.

3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian agar dapat diinterpretasikan dan mudah dipahami adalah:
1.   Analisis Deskriptif
   Penggunaan analisis deskriptif ini ditujukan untuk mengetahui gambaran kondisi nilai pekerjaan, pengalaman kerja, dan ketersediaan tenaga ahli terhadap proses pemilihan rekanan melalui kondisi perusahaan yang dikomparasikan secara eksternal, yaitu melibatkan satu perusahaan yang dibandingkan dengan kondisi rata-rata dari seluruh objek penelitian.

2.   Uji t atau Uji Parsial
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas nilai pekerjaan, pengalaman kerja, dan ketersediaan tenaga ahli terhadap proses pemilihan rekanan yang merupakan variabel dependennya. Seperti halnya dengan uji hipotesis secara simultan, pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial juga didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik (Santoso 2004:168) sebagai berikut:
a). Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b). Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
3.   Uji F atau Uji Simultan
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik (Santoso 2004:168) sebagai berikut:
a). Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b). Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.